Thursday, November 7, 2019

Jangan Mencintai Terlalu Berlebihan


Hikmah Kehidupan, part 1
Jangan Mencintai Terlalu Berlebihan

Hai sahabat, uda lama ya kita gak bertemu. Gimana kabar kalian? Semoga kita semua dalam jiwa dan raga yang baik ya J Kangen juga rasanya nulis blog. Udah lama aku gak ngunjungin blogku dan rasanya agak sedikit asing dan canggung untuk memasukinya lagi. Selama aku ninggalin rumah online ku ini, a.k.a blog, aku masih tetap menulis kok, tapi di tempat lain. Jangan cemburu ya :p Sekarang aku pulang, untuk menyapa isi rumahku. Ingin rasanya kembali dan berbagi bersama kalian semua. Bercerita panjang lebar mengenai fakta dan fiksi. Hmmm, aku tertarik buat menulis cerita-cerita tentang kehidupan yang kiranya dapat kita petik hikmahnya bersama. Ya, aku kembali dengan membawa segmen cerita baru “Hikmah Kehidupan”. Doakan segmen ini bisa sampai puluhan hingga ratusan atau bahkan ribuan part ya! Biar apa? Ya biar bermanfaat lah. Aamiin…
Hikmah Kehidupan episode pertama ini aku mau cerita tentang betapa pentingnya makna “jangan mencintai terlalu berlebihan” dari beberapa pengalaman hidupku. Ya benar, mencintai sesuatu secara berlebihan mungkin akan membuatmu looks crazy, sometimes.
But, hey I’m not talking about someone special in my life yhaa. Noooooo. Ini mengenai something, not someone.
Terkadang sebagai manusia, pernah rasanya kita mencintai sesuatu secara berlebihan. Sebuah barang yang selalu disayang-sayang, bahkan ada yang ngerasa gak bisa hidup tanpa si barang ini. Ada orang yang punya hobi masak, trus punya wajan yang sangaaaattt disayang. Trus kalau dipake yang lain, dia ngomel2. Ada juga mak-mak yang sayaaaaanggg banget sama tupperwarenya, trus kalau pas lagi ketlingsut, eh sampe kepikiran, trus sedih, katanya Tupperware is my life. Ada juga bapak-bapak yang sayaaaaanggg banget sama mobilnya, trus gak rela kalau ada yang nyolek si mobil, apalagi ada yang mbaret. Beh, tiap ada noda aja selalu dibersihin sampe kinclong. Katanya sih mobil kesayangan. Ada juga mbak-mbak MUA yang kalau brush nya dipinjem, matanya melotot sambil marah-marah. Bilang ini brush yang paling kusayang, jangan sentuh sentuh! Nek katane wong jowo, pokoke sing paling di eman-eman lah. I think all of human in this planet pernah ngerasain ini. Punya sesuatu yang dirasa cukup disayang, bermakna, dan harus kudu wajib dijaga banget.
Saat itu, aku dapet mobil dari orangtuaku, yang udah nemenin aku selama ngejalanin beratnya sekolah biar jadi dokter di Yogyakarta. Senang bukan kepalang, karena tak lagi harus berjalan ke kampus atau naik motor disertai teriknya matahari diatas ubun-ubun saat berangkat kuliah dan ngelab. Tapi sayang, beberapa hari setelah dapet mobil baru, aku nabrak pohon besar di area tidak jauh dari kampus. Sedih, takut, dan bingung. Kap mobil penyok? Off course lah. Baret body mobilnya?  Bukan lagiiii.. Aku buru-buru telpon orangtua. Cerita, minta maaf, nangis, ngerasa gak bisa jaga barang mereka. Tapi di balik telpon mereka hanya bilang “Kamu gak papa? Ada yang luka? Yaudah kalau gakpapa, Alhamdulillah”.
Lain hari, aku beli sebuah Hp baru dari uang pribadiku. Padahal nih masih ada Hp yang lama dan bisa dibilang baik-baik saja secara performa, bahkan sampe sekarang aku pake jualan lhooo. Jadi beli hp baru itu karena ngerasa memori hp lama sudah abis dengan segudang aplikasi dan ebook. Hp baru yg aku beli saat itu agak pricey emang, tapi kayak ngerasa puaaaasss banget. Bisa beli barang mahal (ini buatku ya, mon map buat kalangan tajir melintir) dengan duit sendiri. Bangga (saat itu). Seneng bukan main laahh. Trus ngerasa kayak sayaaangg banget sama nih Hp. Kadang hp lama sampe dianggurin. Trus sukanya lama-lamaan sama nih hp baru. Wajar gak sih? Eh trus beberapa hari dia jatuh donggg, dan LCD nya rusak. Okedeh, masuk rawat inap deh nih hp baru wkwk sedih? Jujur, Ya iya lah, that’s normal I think.
Beda hari, laptopku mulai agak sedikit rewel, trus aku service in deh. Dengan alasan laptop lama yang uda mulai usang, trus aku juga pingin ganti suasana dengan beli macbook. Rencananya, nanti yang laptop lama akan dijual buat nambahin beli laptop baru. Sesimple itu, kemudian aku beli macbook baru dengan harga yang sangat menguras kantong tabunganku. Belum ada setengah tahun nih yaaaa (aku beli stase terakhir koas), eh beberapa hari yang lalu macbooknya jatuh donggg dan kebanting kenceng banget. LCD rusak. Dan harga LCD nya wooowww fantastic. Alhasil, aku merelakannya pergi untuk dijual saja. Sedih? Iya pasti.
Tapi, kejadian itu semua memberikan pelajaran yang sangat luar biasa mengenai jangan mencintai sesuatu secara berlebihan. Ini tentang pelajaran yang bener-bener aku rasain. Ngerasa kayak ditampar beberapa kali. Diingetin sama Yang Kuasa bahwa, “Hei, jangan terlalu sayang. dia gak abadi buat hidupmu”, atau mungkin “Tenang, Aku lagi mau kasih kamu yang lebih, nih Kusimpan”, atau “dia gak baik buatmu, uda sampai sini aja”, atau jangan-jangan sekedar “AKU MERINDUKANMU”.
Ohya, setiap kejadian itu aku memang sedih, but sorry ya, aku gak sampe meratapi kok, wkwk. Karena prinsipku sedih boleh, meratapi jangan!

See you next episode! J

Saturday, October 14, 2017

Penerapan Pola Makan Secukupnya Ala Rasulullah, Pencegahan Pneumonia Yang Efektif dan Efisien

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Rasulullah dalam khutbah menjelang Bulan Ramadhan menjelaskan setelah Bulan Sya’ban akan datang bulan yang dipenuhi keberkahan, rahmat dan maghfirah. Bulan yang permulaannya adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka (Dyayadi, 2007). Setiap muslim akan mempersiapkan dengan matang untuk penyambutan bulan ini. Menyiapkan segala hal, mulai dari amalan yaumiah, amalan jama’iah  dan hal  yang selalu dipentingkan adalah menu makan berbuka dan sahur. Kebiasaan yang sering kita temui adalah mementingkan persiapan yang ketiga, hingga pada akhirnya nikmat puasa hilang seketika karena berlebihan dalam mempersiapkan hal yang tidak terlalu penting.
Berbicara tentang buka puasa yang berlebihan, ini akan sangat mengganggu amalan yang telah kita persiapkan jauh-jauh hari. Sebagai contoh, sholat isya’ dan tarawih menjadi tidak khusuk karena kontraksi perut yang menimbulkan rasa nyeri. Selain itu, waktu tidur yang lebih cepat sehingga amalan pada malam hari hanya dipergunakan untuk tidur. Hal ini sama sekali tidak ada tuntunannya.
Rasulullah memiliki pola makan yang mementingkan berbagai aspek mulai dari faidah, kenikmatan, dan kesehatan. Rasullah menganjurkan kita untuk makan dengan cukup, hanya cukup untuk menegakkan tulang sulbi atau tulang rusuk. Sifat manusia yang tak puasa dengan sesuatu yang cukup maka terdapat keringanan didalam perintah tersebut, yaitu dengan mengisi perutnya sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk udara. Dalam hal berpuasapun Rasulullah juga memperhatikan pola makan, seperti yang tertuang dalam hadist “Nabi SAW, selalu berbuka sebelum shalat (maghrib) dengan beberapa kurma basah. Jika tidak ada kurma basah dengan kurma kering; jika tidak ada kurma kering, beliau minum beberapa teguk air.” (HR. Ahad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).

Wednesday, September 27, 2017

Contoh Manajemen Kasus Tetraparese


IDENTITAS
Nama                              :        Tn. S                                       
Jenis Kelamin                  :        Laki-laki               
Umur                              :        54 tahun
Alamat                            :        -                        
Pekerjaan                       :        Kuli panggul
Masuk Rumah Sakit        :        30 Agustus 2017                     
Nomer CM                       :        -

ANAMNESIS TANGGAL: 31 Agustus 2017
Oleh pasien dan keluarga
         
KELUHAN UTAMA:
Tidak bisa berjalan


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
-      Pasien datang dengan keluhan merasa lumpuh pada kedua kakinya sehingga tidak dapat digunakan untuk berdiri atau berjalan sejak 7 hari SMRS yang didahului dengan rasa kesemutan
-      3 hari SMRS pasien telah berobat ke RS lain dengan diberikan terapi untuk penyakit Parkinson, tetapi pasien tidak merasakan adanya perbaikan. Selanjutnya, 4 jam SMRS pasien mulai tidak bisa berdiri dan tidak bisa berjalan secara mandiri, sehingga pasien dibawa ke IGD RSUD Wonosari.
-      Pada kedua tungkai sering didapatkan pergerakan yang tidak disadari secara berulang kali (kelojotan)

Saturday, October 8, 2016

DIBALIK SEBONGKAH EMAS KANADA (PART 1)

DIBALIK SEBONGKAH EMAS KANADA (PART 1)
BY: RIMA NUR RAHMAWATI

This is my story
Perjalanan singkat ke Kanada…

Semua bermula pada keisengan mengapply abstrak tentang karya ilmiah yang berjudul CAPUD (Calabura Pudding), Potential of Cherry Leaves to Prevent Cardiovascular Diseases. Judul ini terinspirasi dari skripsi yang saya kerjakan saat ini. Alhamdulillah, beberapa minggu kemudian, saya mendapatkan email bahwa abstrak saya diterima. Dan itu berarti saya wajib membuat full papernya. 
Ditengah kesibukan semester akhir di fakultas kedokteran dan organisasi sana sini, dan saat itu sedang gencar-gencarnya mengurus KKN, maka saya benar-benar mencuri waktu untuk membuat full paper tersebut. Apalagi ditambah dengan sedang dilakukannya penelitian skripsi saya. Dimana saya harus bolak-balik lab untuk menyonde mencit (menyonde: menyuapi mencit, dari mulut hingga masuk langsung menembus lambung dengan menggunakan alat bantu seperti suntikan yang memiliki ujung tumpul). Padahal saat itu kepala saya sedang dibikin pusing oleh revisi proposal penelitian skripsi saya, yang ada permintaan pergantian variabel.

Tapi, Tuhan tidak tidur bukan?

Ya, Alhamdulillah

Saturday, March 12, 2016

Terimakasih Cinta

Terimakasih Cinta
Oleh: Rima Nur Rahmawati

Cinta, kata yang sering diagung-agungkan oleh para remaja umur belasan hingga dua puluhan.
Cinta, kata yang sering menjadi asal muasal terjadinya fitnah.
Cinta, satu kata yang mengandung makna ratusan, bahkan ribuan arti yang berbeda.
Cinta, satu kata yang dapat mendekatkan hati yang sebelumnya terpaut jarak.
.
.
Aku mengenalnya sekitar tiga tahun yang lalu, saat pertama kali menginjakkan kaki di Kota Pelajar ini.
Dia yang mengajarkanku makna cinta sesungguhnya.
Mengajarkan pada sosok yang sebelumnya belum menjamah apa itu cinta.

Wednesday, March 2, 2016

Lari (part 1)

Lari (part 1)
Oleh: Rima Nur Rahmawati

Malam yang tak begitu baik.
Oh bukan, aku salah. Malam ini tetap baik, hanya saja suasana hatiku yang sedang tidak baik.
Malam Yogyakarta yang selalu romantis. 
Kupandangi pasangan sejoli yang dari tadi bercengkrama, dibalut dengan polesan tawa yang tak jarang suara terpingkal-pingkal diantara keduanya, jatuh berlarian bersama hembusan angin yang cukup kencang.

Sunday, February 28, 2016

Selamat Tinggal

Selamat Tinggal
Oleh: Rima Nur Rahmawati

Pagi yang seharusnya indah,
Pagi yang seharusnya disambut dengan senyum ceria.

Hmm, selamat pagi dunia. Have a nice day J , gerutuku pagi ini masih dengan nuansa mata yang sembab.

Jam masih menunjukkan pukul 3.00 dini hari, belum ada suara ayam yang berkokok satu ekorpun.
Aku berjalan menyisiri lorong rumah yang masih gelap gulita, sengaja tak ada lampu yang kunyalakan seperjalananku menuju belakang rumah.
Sambil duduk di anak tangga belakang rumah, ku sruput teh hangat yang tak begitu manis. 
Mungkin bisa dibilang sedikit hambar. Oh bukan, tak lagi sedikit hambar, tapi memang hambar dan pahit. Tak ada sebutir gulapun yang aku taburkan di gelasku. Aku hanya ingin merasakan yang seharusnya dirasakan, bukan dibuat-buat. Daun teh yang sejatinya pahit dan tak manis, tidak seharusnya dibuat manis dan dipaksa untuk menjadi manis.


Saturday, February 27, 2016

Dia (part 2)

Penelitian itu sudah usai. Pertemuan rutinku dengan sosok gagah itupun telah usai pula.
Sambil menata koper mungil, tiba-tiba hapeku berbunyi.

Kakak di depan, SMS dari nomer tak dikenal masuk ke dalam inbox ku.


Saturday, February 20, 2016

Tentang Hujan

Ini tentang hujan.
Sudah lama aku tak mencium baumu di pagi hari, sekarang aku dapat mencium baumu kembali.
Sudah lama aku tak merasakan butiran air itu menyapu mukaku, membasuh lenganku, kini aku dapat merasakannya kembali.

Wednesday, November 18, 2015

Dia (part 1)

Denta, begitu aku mengenalnya. tak begitu lama kita saling mengenal, mungkin hanya sekitar 3 bulan terakhir ini. Semua bermula pada tragedi penelitian dosen yang secara tidak sengaja mempertemukan kami.

Denta, sosok yang kata teman-teman cukup tersohor, tapi sayang aku belum mengetahuinya sebelum kejadian di Laboratorium Fisiologi kala itu.