Terimakasih Cinta
Oleh: Rima Nur Rahmawati
Cinta, kata yang sering diagung-agungkan oleh para remaja umur belasan hingga dua puluhan.
Cinta, kata yang sering menjadi asal muasal terjadinya fitnah.
Cinta, satu kata yang mengandung makna ratusan, bahkan ribuan arti yang berbeda.
Cinta, satu kata yang dapat mendekatkan hati yang sebelumnya terpaut jarak.
.
.
Aku mengenalnya sekitar tiga tahun yang lalu, saat pertama kali menginjakkan kaki di Kota Pelajar ini.
Dia yang mengajarkanku makna cinta sesungguhnya.
Mengajarkan pada sosok yang sebelumnya belum menjamah apa itu cinta.
Setelah cukup lama,
Aku merasakan perasaan nyaman di sampingnya.
Sering aku mencuri pandang ke arahnya, hingga pernah suatu saat aku hampir tersandung saat menuruni anak tangga.
sering aku kebingungan tak jelas, hingga pernah aku hanya diam mlongo ke arahnya saat dia memanggilku dari kejauhan.
Lucu memang,
Perasaan itu muncul dengan sangat natural.
Lucu memang,
Walau perasaan itu menjangkit hatiku, tak pernah sedikitpun hubungan kita jadi canggung.
Lucu memang,
Walau aku hanya diam akan perasaanku, aku cukup bahagia disampingnya.
Lucu memang,
Kita sangat dekat, Kita sama-sama sering curi pandang, tapi Kita sama-sama diam.
.
.
Masih jelas kuingat nasihatnya kala itu, "Dek, jadilah perempuan bak bunga mawar yang indah nan harum mewangi. Perempuan yang tak dapat disentuh sembarangan. Selalu terlihat elegan dan menarik, serta selalu menebar manfaat bagi orang sekitar"
Aku masih mengingatnya.
.
.
Masih kuingat juga dengan sangat jelas pesanmu saat aku cerita mengenai kisah cinta temanku, "Dek, jangan sampai kau seperti temanmu. Merelakan air matamu jatuh untuk lelaki yang tidak hak. Lelaki baik tidak akan pernah mengecewakan perempuan"
Aku masih sering mendengar suaramu dalam heningnya hidupku.
.
.
Masih kuingat dengan begitu jelas saat ada lelaki yang mendekatiku dan kau berpesan, "Umurmu sudah belia, sudah tak aneh jika kamu telah mengenal lawan jenis. Tapi pesan Mas hanya satu, pilihlah lelaki yang baik. Baik dimatamu belum tentu baik dimata Tuhan. Lelaki yang baik adalah ketika kamu dekat dengan dia, kamu justru lebih dekat kepada Yang Menciptakanmu, bukan sebaliknya."
.
.
Tiba-tiba tepat 6 bulan yang lalu, kamu bercerita padaku mengenai sakit parah yang menyerang papamu.
Tiba-tiba tepat 6 bulan yang lalu, kamu bercerita padaku bahwa kamu mempunyai keinginan untuk menikah disaat ayahmu masih sanggup melihatmu.
Tiba-tiba tepat 6 bulan yang lalu, aku melihatmu meneteskan air mata di depanku sambil suara parau mengiringi cerita kita.
Tak seperti biasanya.
Aku tak begitu menyukai obrolan kita sore itu.
Kamu tampak berbeda, sinarmu tiba-tiba redup. Aku tak begitu menyukainya.
Bagian obrolan kita yang paling tidak kusukai adalah saat kamu bilang bahwa ayahmu menginginkan jika kau menikah dengan istri yang murni ibu rumah tangga, bukan yang seprofesi denganmu.
.
.
Beberapa pekan setelahnya, aku mendapati undangan pernikahanmu.
Hatiku retak tak karuan.
Aku lampiaskan kesedihanku dengan mengikuti banyak kegiatan, harapanku satu, agar aku kehabisan waktu untuk menangisi rencana pernikahanmu, rencana kebahagiaanmu.
Terimakasih telah hadir dalam hidupku.
Terimakasih telah mengajarkan arti ikhlas.
Terimakasih cinta.
Hiks... so sad..
ReplyDeleteSabar ya kakak,,
*bertepuk sebelah tangan sudah biasa, terluka itu pasti, tapi aku tetap bernyayi*