Saturday, October 8, 2016

DIBALIK SEBONGKAH EMAS KANADA (PART 1)

DIBALIK SEBONGKAH EMAS KANADA (PART 1)
BY: RIMA NUR RAHMAWATI

This is my story
Perjalanan singkat ke Kanada…

Semua bermula pada keisengan mengapply abstrak tentang karya ilmiah yang berjudul CAPUD (Calabura Pudding), Potential of Cherry Leaves to Prevent Cardiovascular Diseases. Judul ini terinspirasi dari skripsi yang saya kerjakan saat ini. Alhamdulillah, beberapa minggu kemudian, saya mendapatkan email bahwa abstrak saya diterima. Dan itu berarti saya wajib membuat full papernya. 
Ditengah kesibukan semester akhir di fakultas kedokteran dan organisasi sana sini, dan saat itu sedang gencar-gencarnya mengurus KKN, maka saya benar-benar mencuri waktu untuk membuat full paper tersebut. Apalagi ditambah dengan sedang dilakukannya penelitian skripsi saya. Dimana saya harus bolak-balik lab untuk menyonde mencit (menyonde: menyuapi mencit, dari mulut hingga masuk langsung menembus lambung dengan menggunakan alat bantu seperti suntikan yang memiliki ujung tumpul). Padahal saat itu kepala saya sedang dibikin pusing oleh revisi proposal penelitian skripsi saya, yang ada permintaan pergantian variabel.

Tapi, Tuhan tidak tidur bukan?

Ya, Alhamdulillah
semuanya dibantu oleh tangan Tuhan, dimana saya merasa sangat merasakan waktu yang saya miliki sangat berkah. Saya bisa melakukannya kala itu, dengan durasi waktu kita yang sama-sama 24 jam sehari :) Tidur? Jangan tanyakan durasi tidur saya saat itu :)

Beberapa hari setelahnya saya mengirimkan full paper yang telah saya kerjakan. Ternyata, tidak hanya berhenti disitu, masih ada yang harus saya kerjakan. Ternyata ada beberapa dokumen yang harus saya isi dan saya kirim balik ke panitia. Dengan tekanan internal bahwa saya tidak boleh mundur, akhirnya saya korbankan waktu dirumah untuk mengerjakannya di depan laptop. Fyi, saat saya membuka email berisi dokumen yang harus diisi, saat itu saya sedang berada di rumah untuk menikmati liburan sebentar bersama keluarga. Ya, akhirnya saya mengorbankan waktu berkumpul bersama keluarga, walaupun raga bersama mereka. Dan saya tahu, bahwa berkumpul bersama keluarga bagi saya adalah fenomena yang sangat langkah, bisa 4-6 bulan sekali saya pulang dari perantauan. Tapi, saya sudah memilih untuk memulai, jadi saya tidak boleh mundur. Tidak boleh jadi prajurit yang kalah sebelum perang. Go, fight, win, mungkin motto itu yang selalu saya tancapkan di benak saya.

Hari berganti hari, pengumuman yang dinantikan pun tiba, alhamdulillah lagi bahwa hasil dari penilaian paper menunjukkan saya mendapatkan gold medal. Syukur alhamdulillah, semua berkat pertolongan-Nya.

Persiapan menuju Kanada

Persiapan menuju Kanada begitu kompleks, mulai dari persiapan mental, visa, surat keterangan dari kampus, poster, karya, leaflet, tiket pesawat, hotel, akomodasi disana, dan yang terpenting adalah persiapan presentasi nantinya di depan juri. Fyi saya berangkat benar-benar seorang diri. Wanita. Ya, mental saya benar-benar diuji. Berangkat atau tidak ya? Pikiran itu terus ada. Saya seorang wanita, seorang diri harus pergi ke Kanada? Kanada itu jauh, di benua amerika. Dan saya harus membawa perkakas sendiri, mulai dari perkakas pribadi hingga perkakas untuk lomba (ada poster ukuran super besar, leaflet, hiasan-hiasan bernuansa Indonesia, dsb). Bagaimana jika saya nyasar? Bagaimana jika saya tidak bisa pulang? Bagaimana nanti jika saya tidak mendapatkan hotel? Bagaimana jika saya tidak menemukan venue nya? Bagaimana jika saya? Jika saya? Saya? Ya, sangat banyak pikiran negative berhamburan. Ya bagaimana tidak, semisal kamu berada di posisi saya, saya rasa kamupun demikian.

Tapi, saya bulatkan tekad, kembali saya kuatkan niat. Saya bisa. Saya berani memulai, maka konsekuensinya saya harus lanjut, apapun yang terjadi.

Bismillah, saya mantap!

Akhirnya, mulailah saya mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan. Saya mulai dari pembuatan proposal untuk pengajuan permohonan dana ke kampus (ya, maklum lah mahasiswa butuh subsidi kampus, hehe). Saya lari sana lari sini untuk mengejar oknum-oknum penting guna meminta tanda tangan.

Dan, kehebringan di mulai lagi…

Ternyata memasukkan permohonan dana tidak semudah itu, jika dihitung-hitung, bisa-bisa visa tidak sempat keluar. Peraturan ini itu cukup melelahkan, akhirnya saya putuskan sembari mengurus permohonan dana, saya mencari pinjaman uang untuk pembuatan visa. Peminjaman uangnya ke orangtua, haha. Visa harus keluar dulu!

Akhirnya, saya dibantu teman saya mengurus permohonan dana, sedangkan saya sibuk mengurus pembuatan visa. Untungnya, pengalaman sebelum-sebelumnya mengajarkan saya trik dalam pembuatan visa agar cepat diproses. Ya, setidaknya tidak sampai berbulan-bulan lah.

Wait, ada yang kelupaan. Surat izin untuk meninggalkan lokasi KKN belum diurus!

Jadi, perkiraan saya berangkat itu adalah disaat saya mengikuti program KKN kampus di desa terpencil di daerah Gunung Kidul Yogyakarta. Nah, agar saya bisa keluar lokasi, maka saya harus membuat surat izin ke kampus dan kepada kepemerintahan desa. Dan saya belum sempat prepare barang untuk dibawa ke lokasi KKN! Gawat!

H-24 acara atau sekitar H-20 target keberangkatan, posisi visa belum keluar, tiket pesawat belum beli, hotel belum beli, perlengkapan stand juga belum maksimal (ini karena uang subsidi belum turun), dan besoknya saya harus menuju ke lokasi KKN. Oke, saya besok berangkat KKN, bismillah, pasti ada jalan. Oleh karena itu, saat hari itu saya harus selesaikan masalah uang subsidi, memastikan kapan dia turun, berapa jumlah yang turun, dan sebagainya. ini karena saya tidak mungkin bisa selalu mengecek ke kampus. Jarak tempuh kampus dan desa KKN amat jauh, dan tidak diperbolehkan meninggalkan lokasi KKN tanpa surat keterangan melebihi 2x24 jam selama 1 bulan. Saya lari-larian dari gedung FK ke gedung rektorat berkali-kali untuk mencari oknum-oknum berkepentingan. Menunggu detik demi detik. Ya, waktu itu benar-benar berharga bagi saya. Waktu genting, hebohnya benar-benar terasa. Lelah? Tidak. Atau lebih tepatnya tidak boleh.

Detik-detik ini terasa 4 in 1 banget lah, dimana saya harus mengurus lomba seorang diri, ujian blok dan meq, ujian osce, dan KKN di waktu bersamaan. Luar biasa, haha

Esoknya, saya berangkat ke lokasi KKN, dengan status masih sama, visa belum keluar, tiket pesawat belum beli, hotel belum beli, perlengkapan stand juga belum maksimal. Sedih? Jangan ditanya. Namun, saya yakin akan ada tangan tak terlihat yang akan membantu saya. 

Bismillah, harus percaya.

Di desa, saya melakukan layaknya anak KKN, berbaur bersama warga, ikut kegiatan warga, dsb. Dan tentunya saya mencuri-curi waktu untuk belajar ujian. Ya, fakultas kami mengadakan ujian di tengah mahasiswanya sedang KKN. Yasudah, dinikmati saja. Disaat teman-teman lain tidur, apa yang dilakukan? Membuka buku dan belajar untuk ujian osce yang akan saya lakukan keesokan harinya.

Tepat keesokan harinya, saya berangkat dari lokasi KKN menuju ke kampus untuk melakukan ujian osce, tidak lupa untuk menyempatkan mencuri waktu mengurus masalah keuangan. Dan alhamdulillah beberapa cair, namun ternyata belum cukup untuk digunakan membeli tiket pesawat. Yasudah, akhirnya saya gunakan untuk memesan hotel terlebih dahulu. Hotel untuk 5 hari sudah terpesan dengan harga 7jutaan.

Selanjutnya, saya meminta tolong kepada teman saya yang masyaAllah baik hatinya, untuk menanyakan uang tersebut sudah turun atau belum. Terimakasih, semoga dibalas kebaikannya ya :) Dan alhasil sudah, lalu saya minta tolonglah kepadanya untuk mengambilkan, mengingat saya di lokasi KKN harus mengejar waktu agar program saya selesai sebelum saya pergi. Fyi, di KKN itu kami ditugaskan minimal membuat 2 program individu yang durasinya minimal 32 jam, program bantu teman yang minimal durasi 30 jam, program bantu masyarakat yang minimal 30 jam, dan program kelompok yang maksimal 52 jam. Dan saya harus meninggalkan lokasi KKN selama kurang lebih 9 hari, padahal waktu KKN hanya 30 hari, diluar hari persiapan dan pembuatan lpj akhir. Anggap saja waktu efektif program 20 hari, dimana waktu efektif itu berkurang 9 hari karena saya lomba. Itu artinya dalam 11 hari saya harus mencapai target minimal tersebut, agar saya tidak mengulang KKN tahun depan. Alhamdulillah saya dipermudah lagi oleh Allah melalui teman KKN saya. Sungguh baiknya mereka membantu agar saya mencapai target minimal :) terimakasih, semoga Allah membalas kebaikan kalian.

terimakasih KKN UII unit 372 angkatan 52 Dusun Pudak B, Jerukwudel, Girisubo, Gunung Kidul :)


Akhirnya H-13 visa saya keluar, yey, alhamdulillah. Lalu selanjutnya, saya diantar oleh teman saya pada H-10 keberangkatan untuk membeli tiket pesawat. Dan persiapan sudah 80%. Oke, sip.
Saat itu, setelahnya saya berfokus pada KKN dan niatnya untuk sekaligus mencuri waktu untuk membuat poster, dan sebagainya (keperluan stand). Ternyata saya tidak sanggup untuk mencuri waktu. Haha. Kegiatan 17 Agustus di desa yang sangat padat membuat pundak lelah, ditambah ngebutnya program, apalagi harus bolak balik kampus untuk ujian, ya sudah. Bismillah nanti pasti ada waktu.

H-2 keberangkatan, saya pamit dari desa untuk mempersiapkan semuanya di kos saja, ucap saya. Selanjutnya, saya benar-benar mempersiapkannya, mulai dari mempersiapkan keperluan pribadi, mencoba mendesain poster dan leaflet sendiri (dan ternyata berakhir pada saya meminta bantuan kepada orang dengan biaya 10rb per 10 menit), membeli perlengkapan stand (mulai dari batik, souvenir khas jogja, dsb), power point, dan utamanya latihan presentasi.

Berkejar dengan waktu, dan tepat 6 jam sebelum berangkat atau sekitar jam 1 pagi dini hari, semuanya baru selesai. Luar biasa hektik memang, dan it’s time to sleep :) (flight tanggal 23 Agustus 2016 pagi jam 7.30 dari jogja ke Jakarta dulu).

siap berangkat :) (ranselnya belum difoto :D)



TO BE CONTINUED

No comments:

Post a Comment