DIBALIK SEBONGKAH EMAS KANADA (PART 1)
BY: RIMA NUR RAHMAWATI
This is my story…
Perjalanan singkat ke Kanada…
Semua bermula pada keisengan mengapply abstrak tentang karya ilmiah yang
berjudul CAPUD (Calabura Pudding), Potential
of Cherry Leaves to Prevent Cardiovascular Diseases. Judul ini terinspirasi
dari skripsi yang saya kerjakan saat ini. Alhamdulillah,
beberapa minggu kemudian, saya mendapatkan email bahwa abstrak saya diterima. Dan
itu berarti saya wajib membuat full papernya.
Ditengah kesibukan semester akhir
di fakultas kedokteran dan organisasi sana sini, dan saat itu sedang
gencar-gencarnya mengurus KKN, maka saya benar-benar mencuri waktu untuk
membuat full paper tersebut. Apalagi ditambah dengan sedang dilakukannya
penelitian skripsi saya. Dimana saya harus bolak-balik lab untuk menyonde mencit
(menyonde: menyuapi mencit, dari mulut hingga masuk langsung menembus lambung
dengan menggunakan alat bantu seperti suntikan yang memiliki ujung tumpul). Padahal
saat itu kepala saya sedang dibikin pusing oleh revisi proposal penelitian
skripsi saya, yang ada permintaan pergantian variabel.
Tapi, Tuhan tidak tidur bukan?
Ya, Alhamdulillah
semuanya dibantu oleh tangan Tuhan, dimana saya merasa sangat merasakan waktu yang saya miliki sangat berkah. Saya bisa melakukannya kala itu, dengan durasi waktu kita yang sama-sama 24 jam sehari :) Tidur? Jangan tanyakan durasi tidur saya saat itu :)
semuanya dibantu oleh tangan Tuhan, dimana saya merasa sangat merasakan waktu yang saya miliki sangat berkah. Saya bisa melakukannya kala itu, dengan durasi waktu kita yang sama-sama 24 jam sehari :) Tidur? Jangan tanyakan durasi tidur saya saat itu :)
Beberapa hari setelahnya saya
mengirimkan full paper yang telah saya kerjakan. Ternyata, tidak hanya berhenti
disitu, masih ada yang harus saya kerjakan. Ternyata ada beberapa dokumen yang
harus saya isi dan saya kirim balik ke panitia. Dengan tekanan internal bahwa
saya tidak boleh mundur, akhirnya saya korbankan waktu dirumah untuk
mengerjakannya di depan laptop. Fyi, saat saya membuka email berisi dokumen
yang harus diisi, saat itu saya sedang berada di rumah untuk menikmati liburan
sebentar bersama keluarga. Ya, akhirnya saya mengorbankan waktu berkumpul
bersama keluarga, walaupun raga bersama mereka. Dan saya tahu, bahwa berkumpul
bersama keluarga bagi saya adalah fenomena yang sangat langkah, bisa 4-6 bulan
sekali saya pulang dari perantauan. Tapi, saya sudah memilih untuk memulai,
jadi saya tidak boleh mundur. Tidak boleh jadi prajurit yang kalah sebelum
perang. Go, fight, win, mungkin motto
itu yang selalu saya tancapkan di benak saya.
Hari berganti hari, pengumuman
yang dinantikan pun tiba, alhamdulillah
lagi bahwa hasil dari penilaian paper menunjukkan saya mendapatkan gold medal. Syukur alhamdulillah, semua berkat pertolongan-Nya.
Persiapan menuju Kanada
Persiapan menuju Kanada begitu
kompleks, mulai dari persiapan mental, visa, surat keterangan dari kampus,
poster, karya, leaflet, tiket
pesawat, hotel, akomodasi disana, dan yang terpenting adalah persiapan
presentasi nantinya di depan juri. Fyi saya berangkat benar-benar seorang diri.
Wanita. Ya, mental saya benar-benar diuji. Berangkat atau tidak ya? Pikiran itu
terus ada. Saya seorang wanita, seorang diri harus pergi ke Kanada? Kanada itu
jauh, di benua amerika. Dan saya harus membawa perkakas sendiri, mulai dari
perkakas pribadi hingga perkakas untuk lomba (ada poster ukuran super besar,
leaflet, hiasan-hiasan bernuansa Indonesia, dsb). Bagaimana jika saya nyasar? Bagaimana
jika saya tidak bisa pulang? Bagaimana nanti jika saya tidak mendapatkan hotel?
Bagaimana jika saya tidak menemukan venue nya? Bagaimana jika saya? Jika saya? Saya?
Ya, sangat banyak pikiran negative berhamburan. Ya bagaimana tidak, semisal
kamu berada di posisi saya, saya rasa kamupun demikian.
Tapi, saya bulatkan tekad,
kembali saya kuatkan niat. Saya bisa. Saya berani memulai, maka konsekuensinya
saya harus lanjut, apapun yang terjadi.
Bismillah, saya mantap!
Akhirnya, mulailah saya
mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan. Saya mulai dari pembuatan proposal
untuk pengajuan permohonan dana ke kampus (ya, maklum lah mahasiswa butuh
subsidi kampus, hehe). Saya lari sana lari sini untuk mengejar oknum-oknum
penting guna meminta tanda tangan.
Dan, kehebringan di mulai lagi…
Ternyata memasukkan permohonan
dana tidak semudah itu, jika dihitung-hitung, bisa-bisa visa tidak sempat
keluar. Peraturan ini itu cukup melelahkan, akhirnya saya putuskan sembari
mengurus permohonan dana, saya mencari pinjaman uang untuk pembuatan visa. Peminjaman
uangnya ke orangtua, haha. Visa harus keluar dulu!
Akhirnya, saya dibantu teman saya
mengurus permohonan dana, sedangkan saya sibuk mengurus pembuatan visa. Untungnya,
pengalaman sebelum-sebelumnya mengajarkan saya trik dalam pembuatan visa agar
cepat diproses. Ya, setidaknya tidak sampai berbulan-bulan lah.
Wait, ada yang kelupaan. Surat izin untuk meninggalkan lokasi KKN
belum diurus!
Jadi, perkiraan saya berangkat
itu adalah disaat saya mengikuti program KKN kampus di desa terpencil di daerah
Gunung Kidul Yogyakarta. Nah, agar saya bisa keluar lokasi, maka saya harus membuat
surat izin ke kampus dan kepada kepemerintahan desa. Dan saya belum sempat prepare barang untuk dibawa ke lokasi
KKN! Gawat!
H-24 acara atau sekitar H-20
target keberangkatan, posisi visa belum keluar, tiket pesawat belum beli, hotel
belum beli, perlengkapan stand juga belum maksimal (ini karena uang subsidi
belum turun), dan besoknya saya harus menuju ke lokasi KKN. Oke, saya besok
berangkat KKN, bismillah, pasti ada
jalan. Oleh karena itu, saat hari itu saya harus selesaikan masalah uang
subsidi, memastikan kapan dia turun, berapa jumlah yang turun, dan sebagainya.
ini karena saya tidak mungkin bisa selalu mengecek ke kampus. Jarak tempuh
kampus dan desa KKN amat jauh, dan tidak diperbolehkan meninggalkan lokasi KKN
tanpa surat keterangan melebihi 2x24 jam selama 1 bulan. Saya lari-larian dari
gedung FK ke gedung rektorat berkali-kali untuk mencari oknum-oknum
berkepentingan. Menunggu detik demi detik. Ya, waktu itu benar-benar berharga
bagi saya. Waktu genting, hebohnya benar-benar terasa. Lelah? Tidak. Atau lebih
tepatnya tidak boleh.
Detik-detik ini terasa 4 in 1
banget lah, dimana saya harus mengurus lomba seorang diri, ujian blok dan meq,
ujian osce, dan KKN di waktu bersamaan. Luar biasa, haha
Esoknya, saya berangkat ke lokasi
KKN, dengan status masih sama, visa belum keluar, tiket pesawat belum beli,
hotel belum beli, perlengkapan stand juga belum maksimal. Sedih? Jangan ditanya.
Namun, saya yakin akan ada tangan tak terlihat yang akan membantu saya.
Bismillah, harus percaya.
Di desa, saya melakukan layaknya
anak KKN, berbaur bersama warga, ikut kegiatan warga, dsb. Dan tentunya saya
mencuri-curi waktu untuk belajar ujian. Ya, fakultas kami mengadakan ujian di
tengah mahasiswanya sedang KKN. Yasudah, dinikmati saja. Disaat teman-teman
lain tidur, apa yang dilakukan? Membuka buku dan belajar untuk ujian osce yang
akan saya lakukan keesokan harinya.
Tepat keesokan harinya, saya berangkat
dari lokasi KKN menuju ke kampus untuk melakukan ujian osce, tidak lupa untuk
menyempatkan mencuri waktu mengurus masalah keuangan. Dan alhamdulillah beberapa cair, namun ternyata belum cukup untuk
digunakan membeli tiket pesawat. Yasudah, akhirnya saya gunakan untuk memesan
hotel terlebih dahulu. Hotel untuk 5 hari sudah terpesan dengan harga 7jutaan.
Selanjutnya, saya meminta tolong
kepada teman saya yang masyaAllah baik
hatinya, untuk menanyakan uang tersebut sudah turun atau belum. Terimakasih,
semoga dibalas kebaikannya ya :) Dan alhasil sudah, lalu saya minta tolonglah kepadanya untuk mengambilkan,
mengingat saya di lokasi KKN harus mengejar waktu agar program saya selesai
sebelum saya pergi. Fyi, di KKN itu kami ditugaskan minimal membuat 2 program
individu yang durasinya minimal 32 jam, program bantu teman yang minimal durasi
30 jam, program bantu masyarakat yang minimal 30 jam, dan program kelompok yang
maksimal 52 jam. Dan saya harus meninggalkan lokasi KKN selama kurang lebih 9
hari, padahal waktu KKN hanya 30 hari, diluar hari persiapan dan pembuatan lpj
akhir. Anggap saja waktu efektif program 20 hari, dimana waktu efektif itu
berkurang 9 hari karena saya lomba. Itu artinya dalam 11 hari saya harus
mencapai target minimal tersebut, agar saya tidak mengulang KKN tahun depan. Alhamdulillah saya dipermudah lagi oleh
Allah melalui teman KKN saya. Sungguh baiknya mereka membantu agar saya
mencapai target minimal :) terimakasih, semoga Allah membalas kebaikan kalian.
terimakasih KKN UII unit 372 angkatan 52 Dusun Pudak B, Jerukwudel, Girisubo, Gunung Kidul :)
Akhirnya H-13 visa saya keluar,
yey, alhamdulillah. Lalu selanjutnya,
saya diantar oleh teman saya pada H-10 keberangkatan untuk membeli tiket
pesawat. Dan persiapan sudah 80%. Oke, sip.
Saat itu, setelahnya saya berfokus
pada KKN dan niatnya untuk sekaligus mencuri waktu untuk membuat poster, dan
sebagainya (keperluan stand). Ternyata saya tidak sanggup untuk mencuri waktu. Haha.
Kegiatan 17 Agustus di desa yang sangat padat membuat pundak lelah, ditambah
ngebutnya program, apalagi harus bolak balik kampus untuk ujian, ya sudah. Bismillah nanti pasti ada waktu.
H-2 keberangkatan, saya pamit
dari desa untuk mempersiapkan semuanya di kos saja, ucap saya. Selanjutnya,
saya benar-benar mempersiapkannya, mulai dari mempersiapkan keperluan pribadi, mencoba
mendesain poster dan leaflet sendiri (dan ternyata berakhir pada saya meminta
bantuan kepada orang dengan biaya 10rb per 10 menit), membeli perlengkapan
stand (mulai dari batik, souvenir khas jogja, dsb), power point, dan utamanya
latihan presentasi.
Berkejar dengan waktu, dan tepat
6 jam sebelum berangkat atau sekitar jam 1 pagi dini hari, semuanya baru
selesai. Luar biasa hektik memang, dan it’s
time to sleep :) (flight tanggal 23 Agustus 2016 pagi jam 7.30 dari jogja ke Jakarta dulu).
TO BE CONTINUED
No comments:
Post a Comment