HEMOFILIA A
Oleh: Rima Nur Rahmawati
Oleh: Rima Nur Rahmawati
Setiati (2014)
mendefinisikan hemofilia sebagai sebuah kelainan perdarahan yang diakibatkan
oleh kurangnya faktor pembekuan darah secara herediter atau diturunkan secara sex linked recessive pada kromosom X. Tetapi faktanya, sekitar
20-30% pasien hemofilia tidak mempunyai riwayat keluarga serupa, sehingga
diduga telah terjadi mutasi spontan akibat lingkungan.
Hemofilia sendiri diklasifikasikan
menjadi hemofilia A, hemofilia B, dan hemofilia C berdasarkan defisiensi faktor
pembekuan darahnya. Hemofilia A merupakan jenis hemofilia yang biasanya disebut
juga dengan hemofilia klasik. Jenis hemofilia ini diakibatkan oleh adanya
defisiensi atau disfungsi dari faktor pembekuan darah ke VIII (Davey, 2005).
A. EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian hemofilia
A adalah 1:5.000 dimana penyakit ini banyak terjadi pada laki-laki (Davey, 2005).
Setiati (2014) menambahkan bahwa, hemofilia A memiliki prosentase kejadian
lebih besar dibandingkan hemofilia B, yakni mencapai 80-85% dari total kasusnya,
dengan 20-30% pasiennya dikarenakan mutasi gen secara spontan.
Di Indonesia sendiri
belum ada data pasti mengenai angka kejadian hemofilia ini. Tetapi, saat ini
diperkirakan angka kejadian hemofilia mencapai sekitar 20.000 kasus dari
200.000.000 penduduk di Indonesia (Setiati, 2014).
B. ETIOLOGI
Hemofilia A dapat
dikarenakan pewarisan gen. Hal ini disebabkan oleh adanya defek pada salah satu
gen yang berhubungan dengan faktor pembekuan darah VIII (Setiati, 2014). Lebih
lanjut, gen pembawa ini berlokasi pada kromosom X, dimana laki-laki hanya
mempunyai 1 kromosom X dan wanita memiliki 2 kromosom X.
Seorang laki-laki yang
mempunyai gen hemofilia pada kromosom X nya akan mempunyai hemofilia, tetapi
jika wanita harus mempunyai gen hemofilia pada kedua kromosomnya untuk
mempunyai penyakit ini. Tetapi, jika seorang wanita tersebut hanya terpaut hemofilia
pada salah satu kromosom X nya, maka dia disebut karier atau pembawa (Setiati,
2014).
Lain pada laki-laki,
dalam hal ini Hayes (1997) menjelaskan bahwa seorang pasien hemofilia A wanita yang
merupakan karier memiliki tanda khas berupa defisiensi salah satu sub unit pada
faktor VIII C dengan kadar faktor VIII RAG dan faktor VIII RiCoF normal. Seorang
wanita karier walaupun tidak mempunyai hemofilia, dia tetap bias mewariskan gen
cacatnya pada anak-anaknya.
C. GEJALA DAN TANDA KLINIS
Perdarahan merupakan
gejala dan tanda klinis paling khas yang ditemui pada penderita hemofilia
keseluruhan (Setiati, 2014). Perdarahan yang timbul ini dapat terjadi secara
spontan ataupun akibat dari trauma keseharian.
Manifestasi klinis yang
terjadi dipengaruhi oleh berat ringannya hemofilia yang diderita oleh pasien. Davey
(2005) menerangkan bahwa pada penyakit hemofilia A yang berat (faktor VIII <
1%) akan terjadi perdarahan spontan pada sendi dan otot besarnya. Sedangkan
pada penyakit hemofilia yang sedang (faktor VIII 1-5%) dan ringan (faktor VIII
> 5-50%) akan berkaitan dengan perdarahan pada trauma yang ringan atau
sedang.
Gambaran klinis pada
pasien hemofilia A dapat ditunjukkan dengan luka memar yang berlebihan dan hemarthrosis sejak saat bayi dapat
merangkak. Nyeri, bengkak, panas, dan bahkan deformitas dapat terjadi pada sendi yang terkena. Selain itu,
perdarahan otot, perdarahan intra
abdominal retroperitoneal, dan perdarahan intracranial juga sering terjadi (Hayes, 1997). Perdarahan retroperitoneal serta retropharyngeal merupakan kejadian yang
membahayakan. Hal ini dikarenakan akan dapat menyebabkan gangguan jalan nafas,
yang kemudian akan mengancam nyawa penderita hemofilia.
Setiati (2014)
menambahkan bahwa hemarthrosis
merupakan kejadian yang paling sering ditemukan, yakni angka kejadiannya
sebesar 85% dengan lokasi yang menyebar, baik di sendi lutut, siku, pergelangan
kaki, bahu, pergelangan tangan, dan lainnya. Selain itu, Hoyer (1994) juga
menjelaskan bahwa perdarahan intracranial
yang terjadi pada pasien hemofilia ini merupakan penyebab kematian tertinggi,
karena sifatnya yang spontan atau terjadi seketika setelah mengalami trauma.
D. KOMPLIKASI
Setiati (2014)
menjelaskan bahwa komplikasi yang sering terjadi pada penderita adalah artropati hemofilia. Artropati hemofilia merupakan suatu
penimbunan darah intraartikular yang
menetap dengan akibat dari degenerasi kartilago, tulang, dan sendi secara
progresif. Hal ini menyebabkan penurunan hingga rusaknya fungsi dari sendi.
Selain itu, hemarthrosis yang tidak ditindaklanjuti
akan dapat menyebabkan sinovitis
kronik akibat dari proses peradangan jaringan synovial yang tidak kunjung berhenti (Setiati, 2014). Kejadian
seperti ini sering ditemukan pada sendi lutut, pergelangan kaki, dan siku.
E. PENULARAN
Hayes (1997) menjelaskan
bahwa penularan hemofilia A dapat terjadi melalui produk darah. Contoh
kejadiannya adalah pada penyakit hepatitis B, hepatitis C, serta infeksi HIV yang
melakukan transfusi produk darah, akan mempunyai risiko tertular dari penyakit
hemofilia A. Setiati (2014) menambahkan bahwa penularan penyakit hemofilia A
melalui produk darah ini cukup tinggi terjadi di Negara berkembang, termasuk
Indonesia.
F. PENCEGAHAN
Oleh karena hemofilia A
merupakan penyakit karena gen, maka yang dapat dicegah adalah hal-hal yang
berkaitan dengan komplikasi. Agar mengurangi risiko terjadinya komplikasi pada
penderita hemofilia A, maka hal yang perlu dilakukan menurut Setiati (2014)
adalah:
1. Mengikuti
rencana terapi dengan tepat seperti yang diresepkan dokter seutuhnya tanpa
terkecuali.
2. Memeriksakan
secara rutin dan memberikan vaksinasi seperti yang direkomendasikan dokter.
3. Memberitahukan
pada semua penyedia layanan kesehatan tentang kondisi anda.
4. Melakukan
perawatan gigi secara teratur. Dokter gigi dapat memberikan obat yang akan
menurunkan perdarahan selama tindakan prosedural.
5. Mengenali
tanda dan gejala perdarahan di sendi dan bagian lain di tubuh anda. Dan
mengetahui kapan harus segera menelepon dokter atau ke rumah sakit, contohnya
adalah:
a. Perdarahan
berat yang tidak dapat dihentikan
b. Setiap
tanda atau gejala perdarahan di otak.
c. Gerakan
yang berbatas, nyeri, atau pembengkakan di sendi manapun.
No comments:
Post a Comment