Wednesday, April 29, 2015

Keseimbangan Status Gizi Lansia

KESEIMBANGAN STATUS GIZI LANSIA
DITINJAU DARI FAKTOR EKONOMI

A.    Definisi Status Gizi
Almatsier (2003) menjelaskan bahwa status gizi merupakan keadaan tubuh dimana ia merupakan hasil akibat dari penggunaan zat gizi, diantaranya makanan. Status gizi ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yakni gizi kurang, sedang, dan berlebih.

B.     Keseimbangan Status Gizi Lansia
Menjaga keseimbangan status gizi bagi setiap orang itu sangat penting, termasuk seorang lansia. Makanan yang akan dikonsumsi pun juga sebelumnya harus dipilah terlebih dahulu yang terbaik. Karena asupan makanan inilah yang akan memberikan suplai gizi yang dibutuhkan untuk 3 fungsi normal tubuh, yaitu memberikan energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta untuk mengatur proses tubuh (Almatsier, 2003).

Tabel 1. Zat-zat Gizi Esensial yang Dibutuhkan oleh Tubuh



Karbohidrat
Mineral
Vitamin
Glukosa
Kalsium
A
Serat
Fosfor
D
Natrium
E
Kalium
K
Lemak
Sulfur
Tiamin
Omega 6
Klor
Riboflavin
Omega 3
Magnesium
Niasin
Zat Besi
Biotin
Selenium
Folat
Protein
Seng
Piridoksin
Leusin
Mangan
Kobalamin
Isoleusin
Tembaga
Asam Pentotenat
Lisin
Kobalt
C
Triptofan
Iodium
Metionin
Krom
Fenilalanin
Fluor
Treonin
Timah
Air
Valin
Nikel
Histidin
Silikon, arsen, boron
Nitrogen Non Esensial
Vanadium, molibden

Sumber: Almatsier, 2003

Natrium merupakan salah satu jenis mineral yang dibutuhkan lansia pada jumlah yang sedikit. Tetapi walaupun sedikit, natrium merupakan komponen untuk dapat menyeimbangkan fungsi tubuh lansia dengan baik (Nutr, 2003).
Untuk mencapai keseimbangan status gizi, maka seorang lansia Indonesia harus memenuhi angka kecukupan gizi sebagai berikut:

Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi pada Lansia >65 tahun
Kategori
Pria
Wanita
Berat Badan (kg)
62
55
Tinggi Badan (cm)
165
156
Energi (kkal)
2050
1600
Protein (g)
60
50
Vit. A (RE)
600
500
Vit. D (mcg)
15
15
Vit. E (mg)
15
15
Vit. K (mcg)
65
55
Tiamin (mg)
1
1
Riboflavin (mg)
1,3
1,1
Niasin (mg)
16
14
Asam Folat (mcg)
400
400
Piridoksin (mg)
1,3
1,7
Vit. B12 (mcg)
2,4
2,4
Vit. C (mg)
90
75
Kalsium (mg)
1000
1000
Fosfor (mg)
600
600
Magnesium (mg)
300
270
Besi (mg)
13
12
Iodium (mcg)
150
150
Seng (mg)
13,4
9,8
Selenium (mcg)
30
30
Mangan (mg)
2,3
1,8
Fluor (mg)
3,1
2,7
Sumber: Almatsier, 2003


C.    Kependudukan Lansia di Indonesia
Mengetahui keseimbangan status gizi pada lansia, kini sangat penting adanya. Karena merujuk pada data statistik, bahwa lansia di Indonesia mengalami peningkatan prevalensi menjadi 12,2 %  sampai dengan tahun 2006 (BPS, 2007). WHO (World Health Organization) sendiri memperkirakan bahwasanya mencapai tahun 2020, presentase kependudukan lansia akan mencapai 11,34% yang menduduki peringkat di atas presentase balita (6,9%).

D.    Hubungan antara Faktor Ekonomi dengan Status Gizi Lansia
Peningkatan kuantitas lansia, utamanya di Indonesia, tidak diseimbangi dengan peningkatan kualitas hidupnya. Kualitas hidup sendiri merupakan sebuah persepsi oleh individu mengenai kebahagiaannya. Kualitas ini dapat dilihat, salah satunya dari kesehatan fisik dan faktor ekonomi.
Tidak sedikit pula lansia yang hidup dalam kekurangan, padahal dimana lansia memiliki faktor lebih besar untuk mengidap malnutrisi daripada yang masih muda. Hal ini ditunjang oleh pernyataan Tamher (2009) yang menyebutkan apabila seseorang sudah mencapai usia lansia, maka prevalensi malnutrisi padanya meningkat sebesar 10-50%.
Oleh karena itu, perlu adanya untuk menyesuaikan antara presentase kuantitas lansia dengan kualitas hidupnya. Sehingga output yang diberikan adalah tidak hanya dalam bentuk seberapa lama lansia tersebut hidup, tetapi bagaimana lansia dapat memiliki kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup yang baik dapat dibuktikan, salah satunya adalah dengan melihat kondisi lansia tersebut mengidap malnutrisi atau tidak. Tamher (2009) menambahkan, bahwasanya malnutrisi dapat terjadi karena banyak faktor, antara lain faktor fisik, sosial, dan ekonomi. Dari penjelasan Tamher ini, dapat diambil kesimpulan awal bahwasanya faktor ekonomi memiliki andil dalam penyebaran malnutrisi.
Ketika seorang lansia memiliki faktor ekonomi dibawah rerata, maka salah satu dampak yang diberikan adalah kurangnya makanan yang cukup. Dilain pihak, Shetty (2004) menyebutkan bahwa apabila seseorang makan dengan cukup, maka akan memberi dampak normal pada berat badan, kesehatan, dan fungsi tubuhnya. Jadi, ketika lansia kekurangan dalam faktor ekonominya, maka akan berakibat kepada keseimbangan status gizinya.

Sesungguhnya, masalah ketidakseimbangan gizi yang terjadi di Indonesia ada 2 jenis, yakni kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Salah satu faktor yang menyebabkan seorang lansia mengidap kekurangan gizi adalah karena seorang tersebut kekurangan dalam sektor ekonomi, sehingga tidak dapat membeli kebutuhan primernya, termasuk diantaranya makanan sehari-hari. Tetapi berbeda halnya pada lansia yang mengalami gizi berlebih. Ketika lansia mengalami kelebihan gizi hingga obesitas, cenderung lansia ini memiliki kelebihan dalam sektor ekonomi, tetapi kekurangan dalam hal pengetahuan akan kesehatan pola makan. Sehingga dia tidak dapat memanajemen pola makannya dengan baik dan benar.
Jadi untuk menjaga keseimbangan gizi bagi lansia yang memiliki energi berlebih, maka perlu menerapkan penggalan dalam surat Al-A’raf (7) ayat 31 menyebutkan:

…. وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Artinya adalah “Makan dan minumlah, tapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (Q.S. Al- A’raf (7) ayat 31).
Selain menerapkan surat Al-A’raf ayat 31, perlu juga menerapkan penggalan ayat berikut:

وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى أَفَلا تَعْقِلُونَ

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka, apakah kamu tidak memahaminya?” (QS. Al Qashash, 28: 60)

Dari beberapa penggalan ayat tersebut, maka tidak akan ada lansia yang mengalami kelebihan gizi.

No comments:

Post a Comment