KESEIMBANGAN STATUS GIZI LANSIA
DITINJAU DARI FAKTOR EKONOMI
A.
Definisi
Status Gizi
Almatsier (2003)
menjelaskan bahwa status gizi merupakan keadaan tubuh dimana ia merupakan hasil
akibat dari penggunaan zat gizi, diantaranya makanan. Status gizi ini dapat
diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yakni gizi kurang, sedang, dan berlebih.
B.
Keseimbangan
Status Gizi Lansia
Menjaga
keseimbangan status gizi bagi setiap orang itu sangat penting, termasuk seorang
lansia. Makanan yang akan dikonsumsi pun juga sebelumnya harus dipilah terlebih
dahulu yang terbaik. Karena asupan makanan inilah yang akan memberikan suplai
gizi yang dibutuhkan untuk 3 fungsi normal tubuh, yaitu memberikan energi,
pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta untuk mengatur proses tubuh (Almatsier,
2003).
Tabel 1. Zat-zat Gizi Esensial yang Dibutuhkan oleh Tubuh
|
||
|
|
|
Karbohidrat
|
Mineral
|
Vitamin
|
Glukosa
|
Kalsium
|
A
|
Serat
|
Fosfor
|
D
|
Natrium
|
E
|
|
Kalium
|
K
|
|
Lemak
|
Sulfur
|
Tiamin
|
Omega 6
|
Klor
|
Riboflavin
|
Omega 3
|
Magnesium
|
Niasin
|
Zat Besi
|
Biotin
|
|
Selenium
|
Folat
|
|
Protein
|
Seng
|
Piridoksin
|
Leusin
|
Mangan
|
Kobalamin
|
Isoleusin
|
Tembaga
|
Asam Pentotenat
|
Lisin
|
Kobalt
|
C
|
Triptofan
|
Iodium
|
|
Metionin
|
Krom
|
|
Fenilalanin
|
Fluor
|
|
Treonin
|
Timah
|
Air
|
Valin
|
Nikel
|
|
Histidin
|
Silikon, arsen, boron
|
|
Nitrogen Non Esensial
|
Vanadium, molibden
|
Sumber: Almatsier, 2003
Natrium merupakan
salah satu jenis mineral yang dibutuhkan lansia pada jumlah yang sedikit.
Tetapi walaupun sedikit, natrium merupakan komponen untuk dapat menyeimbangkan fungsi
tubuh lansia dengan baik (Nutr, 2003).
Untuk mencapai
keseimbangan status gizi, maka seorang lansia Indonesia harus memenuhi angka
kecukupan gizi sebagai berikut:
Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi pada Lansia >65 tahun
|
||
Kategori
|
Pria
|
Wanita
|
Berat Badan (kg)
|
62
|
55
|
Tinggi Badan (cm)
|
165
|
156
|
Energi (kkal)
|
2050
|
1600
|
Protein (g)
|
60
|
50
|
Vit. A (RE)
|
600
|
500
|
Vit. D (mcg)
|
15
|
15
|
Vit. E (mg)
|
15
|
15
|
Vit. K (mcg)
|
65
|
55
|
Tiamin (mg)
|
1
|
1
|
Riboflavin (mg)
|
1,3
|
1,1
|
Niasin (mg)
|
16
|
14
|
Asam Folat (mcg)
|
400
|
400
|
Piridoksin (mg)
|
1,3
|
1,7
|
Vit. B12 (mcg)
|
2,4
|
2,4
|
Vit. C (mg)
|
90
|
75
|
Kalsium (mg)
|
1000
|
1000
|
Fosfor (mg)
|
600
|
600
|
Magnesium (mg)
|
300
|
270
|
Besi (mg)
|
13
|
12
|
Iodium (mcg)
|
150
|
150
|
Seng (mg)
|
13,4
|
9,8
|
Selenium (mcg)
|
30
|
30
|
Mangan (mg)
|
2,3
|
1,8
|
Fluor (mg)
|
3,1
|
2,7
|
Sumber: Almatsier, 2003
C.
Kependudukan
Lansia di Indonesia
Mengetahui
keseimbangan status gizi pada lansia, kini sangat penting adanya. Karena
merujuk pada data statistik, bahwa lansia di Indonesia mengalami peningkatan
prevalensi menjadi 12,2 % sampai dengan
tahun 2006 (BPS, 2007). WHO (World Health
Organization) sendiri memperkirakan bahwasanya mencapai tahun 2020,
presentase kependudukan lansia akan mencapai 11,34% yang menduduki peringkat di
atas presentase balita (6,9%).
D.
Hubungan
antara Faktor Ekonomi dengan Status Gizi Lansia
Peningkatan
kuantitas lansia, utamanya di Indonesia, tidak diseimbangi dengan peningkatan
kualitas hidupnya. Kualitas hidup sendiri merupakan sebuah persepsi oleh
individu mengenai kebahagiaannya. Kualitas ini dapat dilihat, salah satunya
dari kesehatan fisik dan faktor ekonomi.
Tidak sedikit pula
lansia yang hidup dalam kekurangan, padahal dimana lansia memiliki faktor lebih
besar untuk mengidap malnutrisi daripada yang masih muda. Hal ini ditunjang
oleh pernyataan Tamher (2009) yang menyebutkan apabila seseorang sudah mencapai
usia lansia, maka prevalensi malnutrisi padanya meningkat sebesar 10-50%.
Oleh karena itu,
perlu adanya untuk menyesuaikan antara presentase kuantitas lansia dengan
kualitas hidupnya. Sehingga output yang
diberikan adalah tidak hanya dalam bentuk seberapa lama lansia tersebut hidup,
tetapi bagaimana lansia dapat memiliki kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup
yang baik dapat dibuktikan, salah satunya adalah dengan melihat kondisi lansia
tersebut mengidap malnutrisi atau tidak. Tamher (2009) menambahkan, bahwasanya
malnutrisi dapat terjadi karena banyak faktor, antara lain faktor fisik,
sosial, dan ekonomi. Dari penjelasan Tamher ini, dapat diambil kesimpulan awal
bahwasanya faktor ekonomi memiliki andil dalam penyebaran malnutrisi.
Ketika seorang
lansia memiliki faktor ekonomi dibawah rerata, maka salah satu dampak yang
diberikan adalah kurangnya makanan yang cukup. Dilain pihak, Shetty (2004)
menyebutkan bahwa apabila seseorang makan dengan cukup, maka akan memberi
dampak normal pada berat badan, kesehatan, dan fungsi tubuhnya. Jadi, ketika
lansia kekurangan dalam faktor ekonominya, maka akan berakibat kepada
keseimbangan status gizinya.
Sesungguhnya,
masalah ketidakseimbangan gizi yang terjadi di Indonesia ada 2 jenis, yakni
kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Salah satu faktor yang menyebabkan seorang lansia
mengidap kekurangan gizi adalah karena seorang tersebut kekurangan dalam sektor
ekonomi, sehingga tidak dapat membeli kebutuhan primernya, termasuk diantaranya
makanan sehari-hari. Tetapi berbeda halnya pada lansia yang mengalami gizi
berlebih. Ketika lansia mengalami kelebihan gizi hingga obesitas, cenderung
lansia ini memiliki kelebihan dalam sektor ekonomi, tetapi kekurangan dalam hal
pengetahuan akan kesehatan pola makan. Sehingga dia tidak dapat memanajemen
pola makannya dengan baik dan benar.
Jadi untuk menjaga
keseimbangan gizi bagi lansia yang memiliki energi berlebih, maka perlu
menerapkan penggalan dalam
surat Al-A’raf (7) ayat 31 menyebutkan:
…. وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ
الْمُسْرِفِينَ
Artinya
adalah “Makan dan minumlah, tapi jangan
berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”
(Q.S. Al- A’raf (7) ayat 31).
Selain
menerapkan surat Al-A’raf ayat 31, perlu juga menerapkan penggalan ayat
berikut:
وَمَا
أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا وَمَا
عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan
hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik
dan lebih kekal. Maka, apakah kamu tidak memahaminya?” (QS. Al Qashash, 28:
60)
Dari
beberapa penggalan ayat tersebut, maka tidak akan ada lansia yang mengalami
kelebihan gizi.