BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Rasulullah
dalam khutbah menjelang Bulan Ramadhan menjelaskan setelah Bulan Sya’ban akan
datang bulan yang dipenuhi keberkahan, rahmat dan maghfirah. Bulan yang
permulaannya adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya adalah
pembebasan dari neraka (Dyayadi, 2007). Setiap muslim akan mempersiapkan dengan
matang untuk penyambutan bulan ini. Menyiapkan segala hal, mulai dari amalan
yaumiah, amalan jama’iah dan hal yang selalu dipentingkan adalah menu makan berbuka
dan sahur. Kebiasaan yang sering kita temui adalah mementingkan persiapan yang
ketiga, hingga pada akhirnya nikmat puasa hilang seketika karena berlebihan
dalam mempersiapkan hal yang tidak terlalu penting.
Berbicara
tentang buka puasa yang berlebihan, ini akan sangat mengganggu amalan yang
telah kita persiapkan jauh-jauh hari. Sebagai contoh, sholat isya’ dan tarawih
menjadi tidak khusuk karena kontraksi perut yang menimbulkan rasa nyeri. Selain
itu, waktu tidur yang lebih cepat sehingga amalan pada malam hari hanya
dipergunakan untuk tidur. Hal ini sama sekali tidak ada tuntunannya.
Rasulullah
memiliki pola makan yang mementingkan berbagai aspek mulai dari faidah,
kenikmatan, dan kesehatan. Rasullah menganjurkan kita untuk makan dengan cukup,
hanya cukup untuk menegakkan tulang sulbi atau tulang rusuk. Sifat manusia yang
tak puasa dengan sesuatu yang cukup maka terdapat keringanan didalam perintah
tersebut, yaitu dengan mengisi perutnya sepertiga untuk makan, sepertiga untuk
minum, dan sepertiga untuk udara. Dalam hal berpuasapun Rasulullah juga
memperhatikan pola makan, seperti yang tertuang dalam hadist “Nabi SAW, selalu berbuka sebelum shalat
(maghrib) dengan beberapa kurma basah. Jika tidak ada kurma basah dengan kurma
kering; jika tidak ada kurma kering, beliau minum beberapa teguk air.” (HR.
Ahad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).