Siapa?
Siang itu, aku dapat melihat semburat wajahnya ditengah
kerumunan peserta seminar. Dibalut kemeja biru dan celana panjang berwarna
hitam, serta tak lupa kacamata yang membuatnya nampak lebih berpengetahuan, dia
mengikuti seminar yang diadakan oleh salah satu organisasiku. Dan aku tentunya
sebagai salah satu panitianya. Sebenarnya tak ada yang istimewa bagiku. Aku
dapat melihat semburat itu karena aku adalah panitia acara yang bertugas untuk
memastikan peserta mengikuti jalannya seminar dengan baik, oleh karena itu
tentunya aku dapat mengerti bahwa dia mengikuti seminar itu. Tak lebih.
***
Aku mengenalnya sekitar 8 bulan yang lalu. Kami dipertemukan disebuah acara universitas, dan kebetulan saat itu aku sebagai salah satu tim medis yang bertugas. Perkenalanku dengannya sangat sederhana, hanya bertanya nama. Tak lebih.
Seminggu berselang, kudapati namanya tertulis di list new invites friend BBM milikku. Aku
yang tak asing dengan namanya, tentu saja langsung ku accept tanpa pikir panjang. Dan tentunya tanpa ada kecurigaan
sedikitpun.
Sebulan berlangsung, tak ada percakapan diantara kami di
BBM. Satupun. Kau percaya itu? Bahkan akupun sulit mempercayainya. Tak satupun
dari kami yang mau mengawali perbincangan. Entah mengapa.
Hingga suatu ketika, dia menyampaikan keinginan untuk
melamarku suatu saat nanti, kepada sahabat karibku, Mella. Aku yang mendengar
pernyataan Mella saat itu tentunya sangat tertegun. Siapa sesungguhnya lelaki
itu? Tak kukenal asal muasalnya, bahkan fakultas dan jurusannya pun aku tak
tahu. Lalu, bagaimana bisa dia berani sekali untuk melamarku? Ah, ini hanya
lelucon saja, anggapku. Toh dia tak dating ke rumahku. Dia hanya berkata pada
seseorang yang bukan waliku. Lalu, apakah bermakna padaku? Tentu tidak. Akupun
hanya sekedar tertawa kecil mendengar pernyataan Mella. Ini terlalu lucu kan?
***
Hari ini, tepat di hari ulang tahunku ke 20, aku benar-benar
syok mendapati ada siluet hitam yang bertamu di rumahku dengan tujuan untuk
meminangku. Dengan berpakaian kemeja putih dan dilapisi dengan jas hitam, dia
Nampak tinggi dan gagah. Tentunya aku mengenalnya. Kamu tahu itu siapa?
Lelaki itu adalah kakak tingkatku dulu di bangku SMA. Aku
sudah menganggapnya sebagai kakak, tak lebih. Kita terlalu akrab, dan bagiku
tak mungkin untuk merubah status itu menjadi ikatan pernikahan. Walau
sebenarnya tak ada yang melarang sih. Dan walaupun aku juga pernah jatuh hati
padanya. Siapa yang tak jatuh hati pada lelaki tinggi, gagah, juara olimpiade,
dan seorang atlet? Tapi entah mengapa, mulut ini berkata TIDAK.
Sepulangnya dari rumahku, siluet itu berganti dengan siluet
lain. Kali ini berbeda dengan sebelumnya. Kedatangan siluet lelaki ini
membuatku tersenyum malu, membuat angan yang seolah indah bertaburan kesana
kemari. Iya, dia lelaki yang sedang mengambil hatiku. Sejak lama.
Dia sahabatku, sahabat dekatku sejak kecil. Orang tua kami,
keluarga kami, sudah saling mengenal satu sama lain. Sudah sangat akrab
tentunya.
Tak kusangka, seseorang yang namanya selalu kusematkan dalam
bait-bait do’aku, kini menghampiri rumahku dengan membawa kedua orang tuanya.
Dengan tujuan untuk meminangku. Sungguh, Tuhan mendengar do’aku. Tak kusangka
pula dia memiliki perasaan yang sama denganku. Penantian seorang wanita berusia
20 tahun ini akan segera berakhir kawan.
Tapi tunggu,
Tiba-tiba tak kupercaya, mulut ini berkata TIDAK untuk kedua
kalinya. Hei, mengapa? Bukankah kita saling memiliki rasa yang sama? Tapi
mengapa secuil hatiku berkata lain. Bukan dia.
***
lalu, siapa yang bisa membuat mulutku nanti akan berkata
iya? Jangan jangan……
No comments:
Post a Comment