Thursday, July 30, 2015

Siapa?

Siapa?

Siang itu, aku dapat melihat semburat wajahnya ditengah kerumunan peserta seminar. Dibalut kemeja biru dan celana panjang berwarna hitam, serta tak lupa kacamata yang membuatnya nampak lebih berpengetahuan, dia mengikuti seminar yang diadakan oleh salah satu organisasiku. Dan aku tentunya sebagai salah satu panitianya. Sebenarnya tak ada yang istimewa bagiku. Aku dapat melihat semburat itu karena aku adalah panitia acara yang bertugas untuk memastikan peserta mengikuti jalannya seminar dengan baik, oleh karena itu tentunya aku dapat mengerti bahwa dia mengikuti seminar itu. Tak lebih.
***

Aku mengenalnya sekitar 8 bulan yang lalu. Kami dipertemukan disebuah acara universitas, dan kebetulan saat itu aku sebagai salah satu tim medis yang bertugas. Perkenalanku dengannya sangat sederhana, hanya bertanya nama. Tak lebih.
Seminggu berselang, kudapati namanya tertulis di list new invites friend BBM milikku. Aku yang tak asing dengan namanya, tentu saja langsung ku accept tanpa pikir panjang. Dan tentunya tanpa ada kecurigaan sedikitpun.
Sebulan berlangsung, tak ada percakapan diantara kami di BBM. Satupun. Kau percaya itu? Bahkan akupun sulit mempercayainya. Tak satupun dari kami yang mau mengawali perbincangan. Entah mengapa.
Hingga suatu ketika, dia menyampaikan keinginan untuk melamarku suatu saat nanti, kepada sahabat karibku, Mella. Aku yang mendengar pernyataan Mella saat itu tentunya sangat tertegun. Siapa sesungguhnya lelaki itu? Tak kukenal asal muasalnya, bahkan fakultas dan jurusannya pun aku tak tahu. Lalu, bagaimana bisa dia berani sekali untuk melamarku? Ah, ini hanya lelucon saja, anggapku. Toh dia tak dating ke rumahku. Dia hanya berkata pada seseorang yang bukan waliku. Lalu, apakah bermakna padaku? Tentu tidak. Akupun hanya sekedar tertawa kecil mendengar pernyataan Mella. Ini terlalu lucu kan?
***
Hari ini, tepat di hari ulang tahunku ke 20, aku benar-benar syok mendapati ada siluet hitam yang bertamu di rumahku dengan tujuan untuk meminangku. Dengan berpakaian kemeja putih dan dilapisi dengan jas hitam, dia Nampak tinggi dan gagah. Tentunya aku mengenalnya. Kamu tahu itu siapa?
Lelaki itu adalah kakak tingkatku dulu di bangku SMA. Aku sudah menganggapnya sebagai kakak, tak lebih. Kita terlalu akrab, dan bagiku tak mungkin untuk merubah status itu menjadi ikatan pernikahan. Walau sebenarnya tak ada yang melarang sih. Dan walaupun aku juga pernah jatuh hati padanya. Siapa yang tak jatuh hati pada lelaki tinggi, gagah, juara olimpiade, dan seorang atlet? Tapi entah mengapa, mulut ini berkata TIDAK.
Sepulangnya dari rumahku, siluet itu berganti dengan siluet lain. Kali ini berbeda dengan sebelumnya. Kedatangan siluet lelaki ini membuatku tersenyum malu, membuat angan yang seolah indah bertaburan kesana kemari. Iya, dia lelaki yang sedang mengambil hatiku. Sejak lama.
Dia sahabatku, sahabat dekatku sejak kecil. Orang tua kami, keluarga kami, sudah saling mengenal satu sama lain. Sudah sangat akrab tentunya.
Tak kusangka, seseorang yang namanya selalu kusematkan dalam bait-bait do’aku, kini menghampiri rumahku dengan membawa kedua orang tuanya. Dengan tujuan untuk meminangku. Sungguh, Tuhan mendengar do’aku. Tak kusangka pula dia memiliki perasaan yang sama denganku. Penantian seorang wanita berusia 20 tahun ini akan segera berakhir kawan.
Tapi tunggu,
Tiba-tiba tak kupercaya, mulut ini berkata TIDAK untuk kedua kalinya. Hei, mengapa? Bukankah kita saling memiliki rasa yang sama? Tapi mengapa secuil hatiku berkata lain. Bukan dia.
***
lalu, siapa yang bisa membuat mulutku nanti akan berkata iya? Jangan jangan……

No comments:

Post a Comment